Bentuknya unyu-unyu semua! xD |
Ketika mengaitkan kata budaya dan Cirebon yang
terlintas dalam pikiran saya adalah batik, tari topeng dan sintren. Memang
ketiganya sangat terkenal di kalangan masyarakat, bahkan kalangan dunia. Setiap
yang ingin mengenal budaya Cirebon, orang-orang akan mengacu pada batik mega
mendung, batiknya wong Cerbon.
Tari Topeng Cirebon |
Budaya yang kami miliki memang sudah cukup terkenal baik
di Cirebon sendiri maupun di luar Cirebon. Batik mega mendung yang menjadi ciri
khas Cirebon menjadi pilihan orang-orang ketika memutuskan untuk membeli kain
maupun baju batik. Memang, coraknya yang indah menjadi keunggulan tersendiri
bagi batik mega mendung.
Batik Mega Mendung dan Tari Sintren |
Sama halnya dengan tari topeng dan tari
sintren mempunyai keunikan tersendiri. Orang-orang yang menonton pertunjukkan
tari topeng dan sintren akan dibuat takjub dengan keindahan-keindahan tarian di
dalamnya. Terutama tari sintren yang memuat unsur mistis. Unsur mistis ini
makin membuat tari sintren semakin digemari.
Namun, ada satu budaya lain yang menarik minat saya
dan hampir terlupakan. Ketika saya pergi membeli sesuatu di pasar, saya
menjumpai seorang penjual yang mengingatkan akan masa kecil saya. Yaitu,
penjual celengan posong. Celengan yang terbuat dari tanah liat dan dibentuk
bermacam-macam aneka binantang.
Sudah hampir puluhan tahun saya mengenal celengan
posong. Sejak kecil saya terbiasa bersinggungan dengan hal-hal yang berbau
celengan posong. Pertama kali saya mengenal kata menabung pun dari celengan
posong. Saya ingat betul dulu pernah dibelikan celengan jago oleh mama. Mama
bilang saya harus bisa menyisihkan uang jajan agar bisa berhemat. Dan,
kebiasaan itu memang tidak berhenti saya lakukan sampai sekarang. Walau jujur
saja sekarang saya tidak membeli celengan posong lagi. Saya terlalu berpikiran
praktis untuk membeli celengan plastik saja.
Pengrajin celengan posong tidak hanya memproduksi
celengan, tetapi ada alat-alat rumah tangga mini. Seperti piring-piringan, teko
kecil, kompor kecil. Semuanya itu dulu saya jadikan alat tempur "dagang-dagangan"
saya. Saya ingat sekali biasa bermain dengan teman masa kecil, saya sebagai
penjual dan dia sebagai pembeli. Rasanya bahagia sekali dulu bisa meniru sebagai
penjual rujak atau yang umum diketahui sebagai gado-gado. Batu bata merah
sebagai bumbu, dan dedaunan dekat rumah sebagai sayur-sayurnya. Sungguh suatu
kenangan yang tidak terlupakan.
Semuanya dijual dengan murah untuk celengan dijual
sekitar Rp. 3.000,- Rp. 10.000,- Untuk mainannya sekitar Rp. 500,- sampai Rp.
5.000,- Harga yang sangat terjangkau bukan?
Sayangnya dengan segala kemajuan teknologi kebanyakan masyarakat
melupakan mainan dari masa lalu. Anak-anak lebih memilih bermainan dengan alat-alat
yang terbuat dari plastik atau malah lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain
gadjet dan menonton sinetron. Padahal dari kita sendirilah kebudayaan akan terus
ada. Bukannya tergerus oleh waktu. Semoga celengan posong menjadi jaya kembali
seperti masa lalu. Dan akan lebih menyenangkan jika semua anak cucu kita bisa
menikmati segala warisan nenek luhur. Akhir kata semoga tulisanku ini bisa sedikit menginsprasi orang-orang untuk lebih bisa menghargai dan tidak melupakan warisan budaya negeri. Dimulai dari diri saya sendiri. Amiin.
Celengan Plastik VS Celengan Posong. xD |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar